“ Wah gunung itu sangat indah ya abang ….”, bibir manis Noor menggambarkan keindahan pemandangan alam pegunungan yang terhampar luas dihadapannya, sambil pinggangnya di peluk Haz suami tersayang kekasih hatinya.
“Hmm……tahukah dinda bahwa gunung itu sebenarnya tak seindah mata kita memandang ? “, kata Haz dengan nada yang sayu. Terkedu seketika Noor, “Mengapa abang berkata begitu…!” , suara lembut dari gadis manis itu dengan nada yang manja. Kekasihnya tersenyum, lalu memandang wajah kekasihnya dengan tatapan lembut diwajahnya.
“ Tahukah dinda….ketika kita mendekati gunung itu … maka semakin nyatalah bahwa gunung itu tidak seperti saat ketika kita….. berdiri disini …..!” ,kata Haz dengan lembut. Kemudian ia menyambung , “ cuba dinda lihat pakai teropong ini ….” , Haz mendekatkan sebuah teropong di mata Noor.
Sunyi seketika di kala Noor melihat pemandangan di satu sudut dengan teropong itu. “Ya abang Noor dapat lihat dengan jelas…… di kaki bukit itu begitu curam …. Semakin ke atas semakin tinggi dan curam…..”, kata gadis itu dengan serius. “Apalagi yang kamu lihat sayang ? …” , Wajah sayu Haz tepat memandang pada anak mata Noor isteri tercinta.. Noor nampak…. Hmmm….Ada orang yang mendaki di kaki gunung itu …” teriakan kecil Noor pada kekasih hatinya.
Haz berkata pada Noor sambil memeluk erat pinggangnya
“Tahukah adinda ….. yang dinda lihat itu hanya sebagian kecil yang mungkin dinda hadapi, bila dinda mendekati dan mendaki gunung itu“.
“Masih banyak yang tak dapat kita jangka disana , mungkin saja ada haiwan buas dan berbisa, mungkin saja kita boleh tersesat di sana dan terjatuh di curam yang sangat dalam … atau kita terlalu penat untuk mendaki …. semua itu….. tidak mustahil akan terjadi dan berbagai macam – macam kemungkinan…!”.
Tertunduk sayu sambil di kelopak mata Noor bertenang jernih air mata “Ternyata demikianlah , sayang ……. Mungkin tidak semua orang boleh mendakinya, Sayang…” “Hanya sekadar cinta tidak menjamin kita kuat bila berhadapan dengan segala yang kita akan tempuh betulkan abang?..” Sambung Noor...
“ Tahukah dinda….ketika kita mendekati gunung itu … maka semakin nyatalah bahwa gunung itu tidak seperti saat ketika kita….. berdiri disini …..!” ,kata Haz dengan lembut. Kemudian ia menyambung , “ cuba dinda lihat pakai teropong ini ….” , Haz mendekatkan sebuah teropong di mata Noor.
Sunyi seketika di kala Noor melihat pemandangan di satu sudut dengan teropong itu. “Ya abang Noor dapat lihat dengan jelas…… di kaki bukit itu begitu curam …. Semakin ke atas semakin tinggi dan curam…..”, kata gadis itu dengan serius. “Apalagi yang kamu lihat sayang ? …” , Wajah sayu Haz tepat memandang pada anak mata Noor isteri tercinta.. Noor nampak…. Hmmm….Ada orang yang mendaki di kaki gunung itu …” teriakan kecil Noor pada kekasih hatinya.
Haz berkata pada Noor sambil memeluk erat pinggangnya
“Tahukah adinda ….. yang dinda lihat itu hanya sebagian kecil yang mungkin dinda hadapi, bila dinda mendekati dan mendaki gunung itu“.
“Masih banyak yang tak dapat kita jangka disana , mungkin saja ada haiwan buas dan berbisa, mungkin saja kita boleh tersesat di sana dan terjatuh di curam yang sangat dalam … atau kita terlalu penat untuk mendaki …. semua itu….. tidak mustahil akan terjadi dan berbagai macam – macam kemungkinan…!”.
Tertunduk sayu sambil di kelopak mata Noor bertenang jernih air mata “Ternyata demikianlah , sayang ……. Mungkin tidak semua orang boleh mendakinya, Sayang…” “Hanya sekadar cinta tidak menjamin kita kuat bila berhadapan dengan segala yang kita akan tempuh betulkan abang?..” Sambung Noor...
Lalu Haz tersenyum, “Tahukah dinda ….. pada dasarnya semua orang mampu untuk mendakinya ….. hanya tinggal dirinya saja ….apakah ia berniat atau tidak …..….tentu saja semua itu tak lepas dari takdir Allah … yang mengizinkan diri manusia itu untuk dapat mencapai puncak itu….!”
Hening sesaat … gadis itu hanya terdiam saat kekasih hatinya menjelaskan hal itu padanya. Lalu Haz melanjutkan percakapannya , “Dinda , mengertikah kamu …. Apa yang ku maksud dari semua penjelasan abang tadi ?”, Tanya Haz pada isteri kesayangannya itu. Wajah Noor memandang wajah Haz suami tercinta tepat ke bibirnya dan singgah ke kumis nipis dengan serius sambil cuba mencari maksud tersembunyi dari apa yang suaminya katakan itu, lalu gadis itu menggelengkan kepala lalu dengan wajah yang sayu.
“Itulah pernikahan …..” , jawab Haz diringi dengan senyum manisnya. Terpaku seketika dalam diam Noor mengerutkan kening sebagai tanda tak mengerti dengan ucapan Haz itu. Haz meneruskan penjelasannya agar isteri tercinta mengerti apa yang tersimput di hatinya...
Hening sesaat … gadis itu hanya terdiam saat kekasih hatinya menjelaskan hal itu padanya. Lalu Haz melanjutkan percakapannya , “Dinda , mengertikah kamu …. Apa yang ku maksud dari semua penjelasan abang tadi ?”, Tanya Haz pada isteri kesayangannya itu. Wajah Noor memandang wajah Haz suami tercinta tepat ke bibirnya dan singgah ke kumis nipis dengan serius sambil cuba mencari maksud tersembunyi dari apa yang suaminya katakan itu, lalu gadis itu menggelengkan kepala lalu dengan wajah yang sayu.
“Itulah pernikahan …..” , jawab Haz diringi dengan senyum manisnya. Terpaku seketika dalam diam Noor mengerutkan kening sebagai tanda tak mengerti dengan ucapan Haz itu. Haz meneruskan penjelasannya agar isteri tercinta mengerti apa yang tersimput di hatinya...
“Ya ….. bila sepasang kekasih yang belum menikah atau masih di alam cinta dia akan merasakan hal yang sama saat melihat gunung itu dari kejauhan……begitu indah dan seakan-akan menggambarkan sebuah harapan yang indah dimata mereka….!”.
“Namun manakala mereka mulai mendekati gunung itu maka mereka akan mulai takut dan cemas ….. apakah mereka mampu untuk mendaki menuju puncak harapan itu !”.
“Namun manakala mereka mulai mendekati gunung itu maka mereka akan mulai takut dan cemas ….. apakah mereka mampu untuk mendaki menuju puncak harapan itu !”.
“Gunung yang tadi indah ….. kini telah berubah menjadi bebatuan yang tajam dan curam dengan segala macam ancaman……baik haiwan buas mahupun yang berbisa dan sebagainya……..itulah awal dari suatu pernikahan, wahai adinda ku sayang ”.
Kata – kata Haz membuatkan Noor terpanah dihati kecil gadis manis pilihan hatinya itu sungguh mendalam dan tidak terfikir olehnya sebelum ini, yang mula mengerti maksud dari kata-kata hati suami yang terlalu di sayanginya.
“ Sanggupkah kita mendaki puncak harapan itu abang?” ,Tanya gadis manis itu penuh keraguan.
“Takdir Allah memang telah tertulis, adindaku ……. Namun Iapun mengatakan takkan mengubah nasip manusia kecuali manusia itu mahu berusaha dan berdoa pada-Nya…….. itu keyakinan pertama saat kita akan memulai semuanya , sayangku !”
“ Sanggupkah kita mendaki puncak harapan itu abang?” ,Tanya gadis manis itu penuh keraguan.
“Takdir Allah memang telah tertulis, adindaku ……. Namun Iapun mengatakan takkan mengubah nasip manusia kecuali manusia itu mahu berusaha dan berdoa pada-Nya…….. itu keyakinan pertama saat kita akan memulai semuanya , sayangku !”
“ …. Lalu itulah maksud mengapa manusia tidak dapat mendaki puncak harapan itu seorang diri, kerana ia memerlukan teman dalam hidupnya …… bergandingan tangan , saling menjaga, saling mengingatkan, saling memperhatikan, saling memberi semangat, saling menghibur …… intinya adalah saling berbagi rasa dalam kebersamaan , sayangku !” , kata Haz kepada kekasih hatinya meyakinkan isteri yang amat di sayanginya itu dan memandang mata Noor sedalam-dalamnya.
Lalu Noor menitiskan air mata ….. bukan air mata kesedihan tapi air mata kebahagiaan dan mengucapkan syukur pada Allah , “Terima kasih Ya Allah ….. Engkau telah menciptakan seorang insan yang kini sah suamiku yang terbaik untukku …….. bersamaku kelak….. menjalani hidup menuju puncak harapan yang sudah didepan mata..”
Lalu Noor menitiskan air mata ….. bukan air mata kesedihan tapi air mata kebahagiaan dan mengucapkan syukur pada Allah , “Terima kasih Ya Allah ….. Engkau telah menciptakan seorang insan yang kini sah suamiku yang terbaik untukku …….. bersamaku kelak….. menjalani hidup menuju puncak harapan yang sudah didepan mata..”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan